Selasa, 02 April 2013

Asuhan Keperawatn Thypoid Abdominalis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit Typoid Abdominalis dari dahulu hingga sekarang selalu terjadi setiap tahunnya,tidak tergantung pada musim. Penyakit typhoid abdominalis disebabkan oleh kuman salmonella typhosa. Sumber penularan utama adalah penderita demam enterik dan carrier itu sendiri melalui tinja dan makanan yang tercemar oleh kuman salmonella thyposa.Di Indonesia diperkirakan insiden demam enterik adalah 300 – 810 kasus per 100.000 penduduk pertahun, penyakit ini dapat dicegah dengan cara menerapkan dasar-dasar hygiene dan kesehatan masyarakat. Untuk menelaah hal – hal yang mungkin terjadi pada klien tersebut, kami ingin mempelajarinya melalui pembuatan askep.

1.2. Tujuan
· Untuk mengetahui askep Typoid Abdominalis
· Untuk belajar membuat askep

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Typoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada usus halus biasanya lebih ringan dan menunjukan manifestasi klinis yang sama dengan enteris akut , oleh karena itu pemyakit in disebut juga penyalit demam enterik .
Typoid abdominalis / thypus merupakan penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thyposa.Typoid adalah penyakit infeksi akut yang menular, biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan kesadaran.
Thypus Abdominalis adalah suatu penyakit infeksi pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.(Rampengan,1990)
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis,(SyaifullahlrNoer,1998).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, dan lebih banyak menyerang pada anak usia 12 – 13 tahun ( 70% - 80% ), pada usia 30 - 40 tahun (10%-20% ) dan diatas usia pada anak 12-13 tahun sebanyak ( 5%-10% ). (Mansjoer, Arif 1999).

2.2. Etiologi
1. morfologi
Kuman berbentuk batang , tidak berspora dan tidak bersimpai tetapi mempunyai flagel feritrik (fimbrae) , pada pewarnaan gram bersifat negatif,ukuran 2 – 4 mikrometer x 0,5 – 0,8 mikro meter dan bergerak dengan bulu getar, pada biakan agar koloninya besar bergaris tengah 2-8 milimeter ,bulat, agak cembung,jernih ,licin,tidak berspora dan tidak menyebabkan hemolisis.
2.Fisiologi
kuman tumbuh pada suasana aerob dan fulkuatif anaerob pada suhu 15 – 41 C (suhu pertumbuhan optimum 37 C ) dan pH pertumbuhan 6 -8 .Pada umumnya isolat kuman salmonella dikenal dengan sifat – safat , geraj ositif , reaksi fermentasi terhadap manitol dan sorbito positif dan memeberi hasil negatif pada reaksi indol . laktosa, voges ,praskauer dan KCN.
Sebagian besar isolat salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Salmonella Thyposa hanya membentuk sedikit H2S dan tidak membentuk gas fermentase glukosa. Pada agar SS, EMB , dan MacConkey koloni kuman berbentuk bulat , kecil dan tidak berwarna, pada agar wilson Blair koloni kuman berwarna hitan berkilat logam akibat pembentukan H2S. Memiliki minimal 3 antigen ( O, h, V1)
3.Daya Tahan
Kuman akan mati karena sinar matahari atau pada pemanasan dengan suhu 60 C selama 15 – 20 menit , juga dapat dibunu dengan cara pasteurisasi , pendidihan , dan klorinasi serta pada keadaan kering . Dpat bertahan hidup pada es, salju dan air selama 4 minggu sampai berbulan – bulan . Disamping itu dapat hidup subur pada medium yang mengandung garam metil , tahanterhadap zat warna hijau brrilian dan senyawa natrium tetratinoat dan natrium deoksilat . Senyawa – senyawa ini menhambat pertumbahan kuman kalifrom sehinggga senyawa – senyawa tersebut apat digunkan di dalam media untuk isolasi salmonella dalam tinja.
4. Cara Penularan
Sumber penularan dari feases dan urin yang mengandung bakteri Salmonella thypi, dan dibawa atau disebarkan oleh lalat.
2.3. Tanda dan Gejala
Masa tunas ( inkubasi ) berfariasi antara 3 dan 4 hari . Penyakit tidak datang dengan sekaligus tetapi datangnya secara berangsur , didahului dangan sakit kepala , badan lesu , tidak bersemangat,nafsu makan bekurang, kadang – kadang disertai batuk dan sakit perut.
Dalam minggu pertama suhu tubuh meninggi secara bertingkat seperti jenjang berangsur dari suhu normal sampai mencapai 38 – 40 C. Suhu tubuh lebih meninggi pad sore hari dan malam hari di banding pada pagi hari . Denut nadi teras perlahan , jadi pada saat ini trdapat bradikardi relatif , sedangkan biasanya pada suhu tinggi pada penyakit panas lainnya nadi pun ikut cepat juga . Buang air besar biasanya terganggu , dan terdapat lidah putih serta kotor , tepi lidah terlihat merah , kelihatan lidah gemetar, timbul bintik – bintik di dada dan di perut pada awal penyakit selama kira – kira 5 hari pertama , kemudian tanda – tanda inj akan menghilang , dan bisa menimbulkan infeksi pada kelenjar usus halus.
Pada minggu kedua akan timbul pus pada usuh halus tersebut , diman penderita terlihat menderita sakit berat , muka kelihatan pucat , lidah kering , serta diliputi oleh lapsisan lendir kental, nafsu makan berkurang , kadang – kadang ada juga penderita yang mencret disertai sakit perut.
Dalam minggu ketigagejala akan terlihat lebih jelas lagi yaitu perut akan terasa sakit sekali , tidak buang air besar , denyut nadi cepat dan lemah , kesadaran menurun kadang – kadang sampai tak sadar . Pada stadium ini akan terjadi pendarahan usus , lalu disusul kematian.
Bila tidak etrjadi komplikasi lebih lanjut , maka penyakit berangsur sembuh . Suhu tubuh akan menurun secara lisis pada minggu ketiga , gejala – gejala lain pun akan menghilang upla. Lidah mulai kelihatan bersih , namun begitu pada saaat ini kita harus berhati – hati juga mengingat penyakit ini masih bisa kambuh kembali . Jadi penderita juga harus meghentikan pengobatan sebelum waktunya dan juga tidak boleh tergiat dan tiba – tiba.

2.4. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui Feses.Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu. Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang meradang.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak ,namun tidak tertutup kemungkinan untuk orang dewasa, jumlah penderita pada anak laki-laki dan perempuan sama besarnya.
A. Data demografi / identitas
Umur : semua umur dan lebih sering terjadi pada anak-anak
Jenis kelamin : jumlah pada laki-laki dan perempuan sama besarnya
Tempat : terutama yang hidup didaerah kumuh/kotor
B. Keluhan utama
pada pasien Thypoid biasanya mengeluh perut merasa mual dan kembung, nafsu makan menurun, panas dan demam.
C. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak, anorexia.
2) Kepala dan leherKepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
3) Dada dan abdomenDada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
4) Sistem respirasiApa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
5) Sistem kardiovaskulerBiasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
6) Sistem integumenKulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
7) Sistem eliminasiPada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
8) Sistem muskuloskolesalApakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
9) Sistem endokrinApakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
10) Sistem persyarafanApakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
D. Riwayat penyakit sekarang :
Pada umumnya penyakit pada pasien Thypoid adalah demam, anorexia, mual, muntah, diare, perasaan tidak enak di perut, pucat (anemi), nyeri kepala pusing, nyeri otot, lidah tifoid (kotor), gangguan kesadaran berupa somnolen sampai koma.
E. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah menderita Thypoid atau sakit yang lainnya.
F. Riwayat psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul gejala-gejala yang dalami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
G. Pola-pola fungsi kesehatan
1) Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatanPerubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
2) Pola nutrisi dan metabolismeAdanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
3) Pola aktifitas dan latihanPasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
4) Pola tidur dan aktifitasKebiasaan tidur pasien akan terganggu dikarenakan suhu badan yang meningkat, sehingga pasien merasa gelisah pada waktu tidur.
5) Pola eliminasiKebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
6) Pola reproduksi dan sexualPada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi perubahan.
7) Pola persepsi dan pengetahuanPerubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan dalam merawat diri.
8) Pola persepsi dan konsep diriDidalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
9) Pola penanggulangan stress Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
10) Pola hubungan interpersonilAdanya kondisi kesehatan mempengaruhi terhadap hubungan interpersonal dan peran serta mengalami tambahan dalam menjalankan perannya selama sakit.
11) Pola tata nilai dan kepercayaanTimbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.

3.2. diagnosa
1) Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi kuman Salmonella typhi
2) Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
3) Gangguan rasa nyaman (kebutuhan tidur dan istirahat) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
4) Kecemasan sehubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
5) Potensial terjadinya gangguan intregitas kulit sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.

3.3. Intervensi
1. Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan proses infeksi
Tujuan : suhu tubuh turun sampai batas normal dan terkontrol
Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam batas normal 36 – 37 0 C
b) Klien bebas demam
Intervensi
Rasional
Bina hubungan baik dengan klien dan keluarga
Dengan hubungan yang baik dapat meningkatkan kerjasama dengan klien sehingga pengobatan dan perawatan mudah dilaksanakan.
Berikan kompres dingin dan ajarkan cara untuk memakai es atau handuk pada tubu, khususnya pada aksila atau lipatan paha.
Pemberian kompres dingin merangsang penurunan suhu tubuh.
Peningkatan kalori dan beri banyak minuman (cairan)
Air merupakan pangatur suhu tubuh. Setiap ada kenaikan suhu melebihi normal, kebutuhan metabolisme air juga meningkat dari kebutuhan setiap ada kenaikan suhu tubuh.
Anjurkan memakai baju tipis yang menyerap keringat.
Baju yang tipis akan mudah untuk menyerap keringat yang keluar.
Observasi tanda-tanda vital terutama suhu dan denyut nadi
Observasi tanda-tanda vital merupakan deteksi dini untuk mengetahui komplikasi yang terjadi sehingga cepat mengambil tindakan
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat-obatan terutama anti piretik.

Pemberian obat-obatan terutama antibiotik akan membunuh kuman Salmonella typhi sehingga mempercepat proses penyembuhan sedangkan antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh.

2. Gangguan keseimbangan cairan (kurang dari kebutuhan) sehubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebihan.
Tujuan : kekurangan cairan dapat diganti/di atasi
Kriteria hasil :
a) Mukosa mulut dan bibir tetap basah, turgor kulit normal.
b) Tanda-tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah, pernafasan) dalam batas normal.
Intervensi
Rasional
Monitor intake atau output tiap 6 jam
Pemenuhan cairan (input) dan koreksi terhadap kekurangan cairan yang keluar serta deteksi dini terhadap keseimbangan cairan.
Beri cairan (minum banyak 2 – 3 liter perhari) dan elektrolit setiap hari.
Cairan yang terpenuhi dapat membantu metabolisme dalam keseimbangan suhu tubuh.
Masukan cairan diregulasi pertama kali karena adanya rasa haus.
Haluaran cairan di regulasi oleh kemampuan ginjal untuk memekatkan urine.
Hindarkan sebagian besar gula alkohol, kafein.
Gula, alkohol dan kafein mengandung diuretik meningkatkan produksi urine dan menyebabkan dehidrasi.
Timbang berat badan secara efektif.
Kehilangan berat badan 2-5 % menunjukkan dehidrasi ringan, 5-9 % menunjukkan dehidrasi sedang.
Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian cairan secara intravena.
Sebagai perawat melakukan fungsinya (independen) sebaik-baiknya.

3. Gangguan rasa nyaman (kebutuhan istirahat dan tidur) sehubungan dengan peningkatan suhu tubuh.
Tujuan : kebutuhan rasa nyaman (istirahat dan tidur) terpenuhi
Kriteria hasil :
a) Klien dapat/mampu mengekspresikan kemampuan untuk istirahat dan tidur.
b) Kebutuhan istirahat dan tidur tidak terganggu.

Intervensi
Rasional
Pertahankan tempat tidur yang hangat dan bersih dan nyaman.
Tempat tidur yang nyaman dapat memberi kenyamanan dalam masa istirahat klien.
Kebersihan diri (cuci mulut, gosok gig, mandi sebagian)
Kebersihan diri juga dapat memberikan rasa nyaman dan dapat membantu kenyamanan klien dalam istirahat dan tidur.
Mengkaji rutinitas istirahat dan tidur klien sebelum dan sesudah masuk rumah sakit.
Dapat memantau gangguan pola tidur dan istirahat yang dirasakan.
Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan atau kebisingan.
Lingkungan yang tidak tenang, bagi klien akan cepat menambah beban atau penderitaannya.
Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
Pengunjung yang banyak akan mengganggu istirahat dan tidur klien.
Batasi pengunjung selama peroide istirahat dan tidur.
Antipiretik dapat menurunkan suhu yang tinggi sehingga kebutuhan istirahat dan tidur klien terpenuhi atau gangguan yang selama ini dialami akan berkurang.


4. Cemas sehubungan dengan kurangnya pengetahuan klien tentang penyakitnya.
Tujuan : cemas berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a) Klien mengerti tentang penyakitnya, kecemasan hilang atau berkurang.
b) Klien menerima akan keadaan penyakit yang dideritanya.
Intervensi
Rasional
Beri penjelasan pada klien tentang penyakitnya
Klien mengerti dan merespon dari penjelasan secara kooperatif.
Kaji tingkat kecemasan klien
Dapat memberi gambaran yang jelas apa yang menjadi alternatif tindakan yang direncanakan.
Dampingi klien terutama saat-saat cemas.
Klien merasa diperhatikan dan dapat menurunkan tingkat kecemasan.
Tempatkan pada ruangan yang tenang, kurangi kontak dengan orang lain, klien lain dan keluarga yang menimbulkan cemas.
Dengan ruangan yang tenang dapat mengurangi kecemasannya

5. Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan pemasangan infus.
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada daerah pemasangan infus.
Kriteria hasil :
a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi
b) Infeksi tidak terjadi.
Intervensi
Rasional
Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang tanda-tanda infeksi.
Klien dapat mengetahui tanda-tanda infeksi dn melaporkan segera bila terasa sakit di daerah pemasangan infus.
Mengganti atau merawat daerah pemasangan infus.
Mencegah terjadinya infeksi karena pemasangan infus yang lama.
Lakukan pemasangan infus secara steril dan jangan lupa mencuci tangan sebelum dan sesudah pemasangan.
Dengan cara steril adalah tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya infeksi.

Cabut infus bila terdapat pembengkakan atau plebitis.
Mencegah atau menghindari kondisi yang lebih buruk lagi akibat infeksi.
Observasi tanda-tanda vital dan tand-tanda infeksi di daerah pemasangan infus.
Dengan observasi yang dilakukan akan dapat mengetahui secara dini gejala atau tanda-tanda infeksi dan keadaan umum klien.

2.4. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan kepada perawat untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan meliputi peningkatan kesehatan atau pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dari fasilitas yang dimiliki.
Perencanaan tindakan keperawatan akan dapat dilaksanakan dengan baik jika klien mempunyai keinginan untuk berpartisiasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan. Selama perawatan atau pelaksanaan perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan perawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. dan meprioritaskannya. Semua tindakan keperawatan dicatat ke dalam format yang telah ditetapkan institusi.
2.5. Evaluasi
· Suhu tubuh normal 36° C atau terkontrol.
· Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi adekuat.
· kebutuhan cairan terpenuhi.
· Pasien merasa lebih nyaman.Kecemasan pasien berkurang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com