Selasa, 02 April 2013

HIDRAMNION




BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Hidramnion dijumpai pada sekitar 1% dari semua kehamilan. Sebagian besar
penelitian klinis mendefinisikan hidramnion sebagai indeks cairan amnion yang lebih besar,(Biggio dkk, 1999) di University Alabama melaporkan insiden 1% dari hampir 36.450 kehamilan.
            Dalam suatu penelitian terdahulu oleh Hill dkk (1987), dari Mayo Clinic, lebih dari 9000 pasien pranatal menjalani evaluasi ultrasonografi rutin menjelang awal trimester ke tiga. Insiden hidramnion adalah 0,9%.   
            Penelitian lainnya berbasis populasi, tetapi mungkin masih belum mencerminkan insiden yang sebenarnya kecuali dilakukan ultrasonografi secara universal. Bagaimanapun, hidramnion yang jelas patologi berkaitan dengan malformasi janin, terutama susunan saraf pusat atau saluran cerna. Sebagai contoh, hidramnion terdapat pada sekitar separuh kasus ensefalus dan atresia esofagus. Secara spesifik, pada hampir separuh kasus sedang dan berat, ditemukan adanya anomali janin. Namun, hal yang sebaliknya tidak berlaku dan dalam Spanish Collaboration Study Of Congenital Malformations (ECEMC) terhadap lebih dari 27000 janin dengan anomali, hanya 3,7% yang mengalami hidramnion (Martinez-Frias dkk, 1999). Tiga persen lainnya mengalami hidramnion. Dengan menggunakan lebih dari 36000 wanita dengan indeks normal sebagai kontrol, hidramnion menandakan peningkatan bermakna dalam sebuah akhir yang merugikan. Satu temuan yang menarik adalah sebagian besar gangguan perinatal terjadi pada wanita nondiabetik yang mengalami hidramnion. Damato dkk, (1993) melaporkan hasil dari 105 wanita yang dirujuk untuk evaluasi kelebihan cairan amnion. Lalu para peneliti ini mengamati bahwa hampir 65% dari 105 kehamilan ternyata abnormal. Terdapat 47 janin tunggal dengan satu anomali atau lebih, saluran cerna (15), hidrops nonimun (12), susunan saraf pusat (12), toraks (9), tulang rangka (8), kromosom (7), jantung (4). Dari 19 kehamilan kembar hanya 2 yang normal.
            Menurut Rustam Mochtar, keadaan yang sering djumpai adalah hidramnion yang ringan, dengan jumlah cairan 2-3 liter. Untuk kasus yang berat dan akut jarang. Frekuensi hidramnion kronis adalah 0,5-1%. Insiden dari kongenital anomali lebih sering didapati pada hidramnion yaitu sebesar 17,7-29%. Hidramnion yang sering didapati bersamaan dengan : gemeli atau hamil ganda (12,5%), hidrops foetalis, diabetes mellitus, toksemia gravidarum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Ruangan yang dilapisi oleh selaput janin (amnion atau korion), berisi air ketuban (liquor amnii). (Mochtar, Rustam, 1998). Hidramnion ringan didefinisikan sebagai kantong-kantong yang berukuran vertical 8 sampai 11 cm terdapat pada 80% kasus dengan cairan berlebihan. Hidramnion sedang didefinisikan sebagai kantong-kantong yang hanya mengandung bagian-bagian kecil dan berukuran 12-15 cm dijumpai pada 15%, hidramnion berat didefinisikan sebagai adanya janin mengambang bebas dalam kantong cairan yang berukuran 16 cm atau lebih (F. Gary dkk, 2005). Suatu kondisi dimana volume cairan amnion lebih dari 2000 ml (Anfasa, F, 2005). Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter. Tapi ada beberapa ahli yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter, sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan (Mochtar, Rustam, 1998).
2.2 CIRI KIMIAWI AIR KETUBAN
Pada keadaan normal banyaknya air ketuban dapat mencapai 1000 cc lalu kemudian menurun setelah mingu ke 38 sehingga akhirnya hanya beberapa ratus cc saja (Sarwono, 2002).
Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500 cc. Air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis dan berasa manis. Reaksinya agak alkalis atau netral, dengan berat jenis 1,008. komposisi terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa, dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6% g per liter, terutama albumin.
Dijumpainya lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah paru-paru janin sudah matang, sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda bahwa permukaan paru-paru (alveoli) diliputi oleh zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernafas. Cara penilaiannya adalah dengan jalan menghitung L/S. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau ada janin letak sungsang, maka akan kita jumpai warna air ketuban yang keruh kehijauan, karena talah bercampur dengan mekonium. (Mochtar, Rustam, 1998).
2.3 PATOGENESIS
Menurut Rustam Mochtar, dikatakan bahwa mekanisme hidramion sebagai berikut : produksi tetap tapi konsumsi kurang atau nihil sehinga terjadi hidramnion. Atau produksi hebat atau meningkat tapi konsumsi biasa. (Mochtar, Rustam, 1998).
Sampai sekarang etiologi hidramnion belum jelas, tetapi diketahui bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Di duga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion. Disamping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan ensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian dialirkan ke placenta untuk akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus atau tumor placenta. Pada anensefalus hidramnon disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormon anti diuretik. (Sarwono, 2002).
Pada awal kehamilan, rongga amnion terisi oleh cairan yang komposisinya sangat mirip dengan cairan ekstrasel. Selama paruh pertama kehamilan, pemindahan air dan molekul kecil lainya berlangsung tidak saja melalui amnion tetapi juga menembus kulit janin. Selama trimester kedua,janin mulai berkemih, menelan dan menghirup cairan amnion. Proses ini hampir pasti secara bermakna mengatur pengendalian volume cairan.
Karena dalam keadaan normal janin menelan cairan amnion, diperkirakan bahwa mekanisme ini adalah salah satu pengaturan volume cairan ketuban. Teori ini dibenarkan dengan kenyataan bahwa hidramnion hampir selalu terjadi apabila janin tidak dapat menelan, seperti pada kasus atresia esofagus. (F, Gary Cunningham, 2005).  
2.4 PREDISPOSISI
            Walaupun etiologi tidak jelas, namun ada faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya hidramnion, antara lain :
  1. Atresia esofagus
  2. Anensefalus atau spina bifida
  3. Kehamilan ganda
  4. Ibu mengidap diabetes mellitus (F, Gary Cunningham, 2005). 
2.5 GEJALA
            Gejala utama yang menyertai hidramnion terjadi semata-mata akibat faktor mekanisme dan terutama disebabkan oleh tekanan didalam dan disekitar uterus  yang mengalami verdistensi terhadap organ-organ didekatnya. Apabila peregangannya berlebihan, ibu dapat mengalami dispnea dan paa kasus ekstrim, mungkin hanya dapat bernafas apabila posisi tegak. Sering terjadi odem akibat penekanan system vena besar oleh uterus yang sangat besar, terutama di ekstrimitas bawah, vulva, dan dinding abdomen. Walaupun jarang, dapat terjadi oliguria berat akibat obsruksi ureter oleh uterus yang sangat besar. (F, Gary Cunningham, 2005). 
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 ANAMNESA
  • Perut lebih besar dan terasa lebih berat dari biasa.
  • Pada yang ringan keluhan-keluhan subyektif tidak banyak.
  • Pada yang akut dan pada pembesaran uterus yang cepat, maka terdapat keluhan-keluhan yang disebabkan karena tekanan pada organ, terutama pada diafragma, seperti : sesak, nyeri ulu hati, dan sianosis.
  • Nyeri perut karena tegangnya uterus, mual, dan muntah.
  • Edema pada tungkai, vulva, dinding perut.
  • Pada proses akut dan perut besar sekali, bisa syok, berkeringat dingin, dan sesak. (Mochtar, Rustam, 1998)
2.6.2 INSPEKSI
  • Kelihatan perut sangat buncit dan tegang, kulit perut berkilat, retak-retak kulit jelas dan kadang-kadang umbilicus mendatar.
  • Kalau akut, si ibu terlihat sesak dan sianosis, serta terlihat payah membawa kandungannya.
2.6.3 PALPASI
  • Perut tegang dan nyeri tekan serta terjadi edema pada dinding perut, vulva , tungkai dan vagina.
  • Fundus uteri lebih tinggi dari tuanya kehamilan sesungguhnya.
  • Bagian-bagian janin sukar dikenali karena banyaknya cairan.
  • Kalau pada letak kepala, kepala janin bisa diraba, maka ballottement jelas sekali.
  • Karena bebasnya janin bergerak dan kepala tidak terfiksir, maka dapat terjadi kesalahan letak janin.
2.6.4 AUSKULTASI
  • Denyut jantung janin sukar didengar atau kalau terdengar halus sekali.
2.6.5 FOTO ABDOMEN
  • Nampak bayangan terselubung kabur karena banyaknya cairan, kadang-kadang bayangan janin tidak jelas.
  • Foto Rontgen pada hidramnion berguna untuk diagnostik dan untuk menentukan etiologi, seperti gemeli.
2.6.6. PEMERIKSAAN DALAM
  • Selaput ketuban teraba tegang dan menonjol walaupun di luar his. (Mochtar, Rustam. 1998)
2.6.7 USG
  • Untuk membedakan antara hidramnion, asites, atau kista ovarium. (F, Gary Cunningham, 2005). 
2.7 DIAGNOSA BANDING
  • Hidramnion.
  • Kehamilan beserta tumor.
  • Gemeli
  • Asites
  • Kista ovarium. (Mochtar, Rustam, 1998)

2. 8 PROGNOSIS
2.8.1 PADA JANIN
Prognosisnya buruk (mortalitas 50%), terutama karena :
  • Komplikasi karena kesalahan letak anak, yaitu pada letak lintang atau tali pusat menumbung.
  • Diabetes mellitus.
  • Solusio placenta,kalau pecah secara tiba-tiba.
2.8.2 PADA IBU
  • Kesalahan letak janin menyebabkan partus lama dan sukar.
  • Retensio placenta.
  • Atonia uteri.
  • Solusio plasenta.
  • Syok . (Mochtar, Rustam, 1998)
2.9 PENATALAKSANAAN
2.9.1 WAKTU HAMIL
  • Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan diberikan simptomatis.
  • Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna.
  • Berikan diet rendah garam.
  • Obat yang dipakai adalah diuresis. (Mochtar, Rustam, 1998)
  • Amniosintesis, tujuan untuk meredakan penderitaan ibu. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan punksi abdomen pada kanan bawah umblikus. (F, Gary Cunningham, 2005). 
  • Komplikasi punksi berupa timbul his, trauma pada janin, terkena organ-organ perut oleh tusukan, infeksi akibat syok. Bila pada saat punksi keluar darah, maka punksi harus dihentikan. (Mochtar, Rustam, 1998)
  • Indometasin diberikan sejak usia 23-25 minggu, 1,5-3 mg/kg/hari. (F, Gary Cunningham, 2005). 
2.9.2 WAKTU PARTUS
  • Amniotomi, lakukan punksi ketuban via transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Kerugian : prolaps uteri, solusio plasenta. (F, Gary Cunningham, 2005). 
  • Bila sewaktu pemeriksaan dalam tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar deras, maka masukanlah kepalan tangan untuk berfungsi sebagai tampon agar air ketuban tidak keluar deras. Maksudnya agar tidak terjadi retensio plasenta, syok karena perut tiba-tiba kosong. (Mochtar, Rustam, 1998)
2.9.3 POSTPARTUS
  • Hati-hati terjadi perdarahan post partus, jadi sebaiknya cek golongan darah dan menyiapkan donor darah.
  • Pasang infus.
  • Antibiotik. (Mochtar, Rustam, 1998)


BAB III
KESIMPULAN
3.1 KESIMPULAN
            Hidramnion adalah Suatu kondisi dimana volume cairan amnion lebih dari 2000 ml (Anfasa, F, 2005). Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya lebih dari 2 liter. Tapi ada beberapa ahli yang berpendapat sampai 4 atau 5 liter, sedangkan Kustner mendapatkan sampai 15 liter pada kehamilan baru 5 bulan (Mochtar, Rustam, 1998).
            Etiologi hidramnion sendiri sampai saat ini masih belum jelas, namun beberapa ahli mempunyai pendapat tentang bagaimana etiologi hidramnion, yakni produksi tetap tapi konsumsi kurang atau nihil sehinga terjadi hidramnion. Atau produksi hebat atau meningkat tapi konsumsi biasa. (Mochtar, Rustam, 1998).
Ada pula yang menyebutkan bahwa hidramnion terjadi bila produksi air ketuban bertambah, bila pengaliran air ketuban terganggu atau kedua-duanya. Di duga air ketuban dibentuk oleh sel-sel amnion. Disamping itu ditambah oleh air kencing janin dan cairan ensefalus. Air ketuban yang dibentuk, secara rutin dikeluarkan dan diganti yang baru. Salah satu cara pengeluaran adalah ditelan oleh janin, diabsorbsi oleh usus kemudian dialirkan ke placenta untuk akhirnya masuk ke peredaran darah ibu. Ekskresi air ketuban akan terganggu bila janin tidak bisa menelan seperti pada atresia esofagus atau tumor placenta. Pada anensefalus hidramnon disebabkan pula karena transudat cairan dari selaput otak dan sumsum tulang belakang dan berkurangnya hormon anti diuretik. (Sarwono, 2002).
Ada beberapa hal yang menyebabkan timbulnya hidramnion yakni : atresia esophagus, anensefalus atau spina bifida, kehamilan ganda, ibu mengidap diabetes mellitus (F, Gary Cunningham, 2005). dan dari gejala-gejala ini kita bisa menentukan diagnosa berdasarkan inspeksi, palpasi, auskultasi, foto abdomen, pemeriksaan dalam, USG.
Karena kejadian hidramnion ini terjadi pada saat kehamilan maka segala resiko pasti berhubungan dengan ibu dan janin, oleh sebab itu penatalaksanaan dalam penanganan hidramnion perlu perhatian khusus.
WAKTU HAMIL :
  • Hidramnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan diberikan siptomatis.
  • Pada hidramnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat di rumah sakit untuk istirahat sempurna.
  • Berikan diet rendah garam.
  • Obat yang dipakai adalah diuresis. (Mochtar, Rustam, 1998)
  • Amniosintesis, tujuan untuk meredakan penderitaan ibu. Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tegang, lakukan punksi abdomen pada kanan bawah umblikus. (F, Gary Cunningham, 2005). 
  • Komplikasi punksi berupa timbul his, trauma pada janin, terkena organ-organ perut oleh tusukan, infeksi akibat syok. Bila pada saat punksi keluar darah, maka punksi harus dihentikan. (Mochtar, Rustam, 1998)
  • Indometasin diberikan sejak usia 23-25 minggu, 1,5-3 mg/kg/hari. (F, Gary Cunningham, 2005). 
WAKTU PARTUS :
  • Amniotomi, lakukan punksi ketuban via transvaginal melalui serviks bila sudah ada pembukaan. Kerugian : prolaps uteri, solusio plasenta. (F, Gary Cunningham, 2005). 
  • Bila sewaktu pemeriksaan dalam tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban mengalir keluar deras, maka masukanlah kepalan tangan untuk berfungsi sebagai tampon agar air ketuban tidak keluar deras. Maksudnya agar tidak terjadi retensio plasenta, syok karena perut tiba-tiba kosong. (Mochtar, Rustam, 1998)
POSTPARTUS :
  • Hati-hati terjadi perdarahan post partus, jadi sebaiknya cek golongan darah dan menyiapkan donor darah.
  • Pasang infus.
  • Antibiotik. (Mochtar, Rustam, 1998)
DAFTAR PUSTAKA

1.      Gary, F, Cunningham.; Obstetry William. Jakarta. Hal 910-915 (2005).
2.      Mochtar, Rustam.; Sinopsis Obstetry. Jakarta. Hal 252-255 (1998).
3.      Prawirohardjo, Sarwono.; Ilmu Kebidanan. Jakarta. Hal 358-359 (2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com