BAB I
Pendahuluan
- Latar belakang
Zuelser dan Wilson
(1948) mengemukakan bahwa pada dingding usus yang menyempit tidak ditemukan
ganglion prarasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini lebih dikenal dengan
istilah aganglionosis kongenital
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan
dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan
kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih
sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid
bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki
dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, tidak
ditemukan sel ganglion. Auerbach dan meissner, serabut saraf menebal dan
serabut otot hipertrofik. Aganglionosis ini mulai dari unus ke arah oral
Hisprung berupa gangguan pasase feses spontan dimana feses
belum keluar dalam 48 jam setelah lahir atau lebih. Setiap saat dapat terjadi
diare pada hisprung akibat enterokolitis apabila disertai dengan
CSBS(Contaminated Small Bowel Syndrome)
Hisprung adalah suatu obstruksi mekanik akibat pergerakan yang tidak adekuat
pada bagian usus
- Rumusan
Masalah
- Apakah definisi hisprung?
- Bagaimana dengan Patofisiologi?
- Bagaimana dengan etiologinya?
- Bagaimana manefestasi klinis
hisprung?
- Bagaimana komplikasinya ?
- Bagaimana tanda dan gejalanya
hisprung?
- Bagaimana PNP dari hisprung?
- Bagaimana asuhan keperawatan yang
meliputi pengkajian uji laboratorium, diagnostic, penatalaksanaan medis,
diagnostic keperawatan, ?
- Tujuan
1.
Tujuan Umum
Untuk memenuhi persaratan mata kuliah keparawatan anak
2.
Tujuan Khusus
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan
Definisi?
b.
Mahasiswa mampu menjelaskan
Etiologi?
c.
Mahasiswa mampu menjelaskan
Manifestasi klinis?
d.
Mahasiswa mampu menjelaskan
Komplikasi ?
e.
Mahasiswa mampu menjelaskan tanda
dan gejala ?
f.
Mahasiswa mampu melakukan asuhan
keperawatan?
BAB II
Konsep
Dasar
I. Pengertian
Penyakit Hirschprung adalah kelainan
bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan
pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson
Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada
dingding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion prarasimpatis. Sejak saat
tersebut penyakit ini lebih dikenal dengan istilah aganglionosis kongenital
II. Patofisiologi
“Congenital aganglionic megacolon”
menjelaskan penyakitnya kerusakan yang utama adalah hilangnya ganglion parasimpatik
saraf autoimun pada submukosa (merner`s). kerusakan mungkin disebabkan oleh
ketidaksempurnaan perpindahan sel prekursor oleh ganglion para simpatik selama
perkembangan embrio. Kerusaan fungsional sebagai bagian dari kurangnya inversi
adalah hilangnya pergerakan propulsif (peristaltik). Disebakan penumpukan isi
usus dan penekanan proximal sampai jauh. Oleh karena itu di istilahkan
“megakolon” atau kolon besar dan lagi ada kerusakan spingter resctal interna
sampai relax. Yang bisa menjadi menifestasi klinis yang menghalangi pengosongan
akan solit, cairan dan gas.
Berdasarkan panjang segmen
yang terkena dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu.
- penyakit hisprung segmen pendek
segmen aganglionik mulai dari anus sampai sigmoid. Ini merupakan 70%
dari kasus penyakit dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dari pada
anak perempuan
- penyakit hisprung segmen panjang
kelainan dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus ditemukan sama banyak pada laki-laki maupun perempuan
III. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis
Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani
internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai
seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
III. Manivestasi Klinis
Masa neonatal
- Gagal dalam mengeluarkan mekonium dalam
48 jam setelah lahir
- Muntah berisi empedu
- Enggan minum
- Distensi abdomen
Masa bayi dan
kanak-kanak
- Konstipasi
- Diare berulang
- Tinja seperti pita berbau busuk
- Distensi abdomen
- Gagal tumbuh
IV. Komplikasi.
Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses
perikolon, perforasi dan septikemia.
V. Uji Laboraturium Dan
Dianostik
- Foto abdomen (telentang tegak telungkup
dekubitus lateral)diagnostik
- Biopsi rektal untuk mendiagnostik ada
tidaknya sel ganglion
- Manometri anorektal untuk mencatat
respons refluks sfingter internal dan eksternal
IV.Penatalaksanaan.
1.
Konservatif. Pada neonatus
dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan
mekonium dan udara.
2.
Tindakan bedah sementara.
Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan keadaan
umum buruk.
3.
Tindakan bedah defenitif.
Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.
BAB
III
Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian.
- Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi
cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau
bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus
sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Sedangkan kelainan yang
melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak
pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
- Riwayat
Keperawatan.
a.
Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi
baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar
(lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau.
Gejala lain adalah muntah dan diare.
b.
Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus
fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan
dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan
yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan,
enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk
dapat terjadi.
- Pemeriksaan
fisik.
a.
Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
b.
Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah
berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok
anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan
keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
c.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
d.
Sistem integumen.
Akral hangat.
B. Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan eliminasi BAB : obstipasi
berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
2.
Gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3.
Kekurangan cairan tubuh
berhubungan muntah dan diare.
4.
Gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan adanya distensi abdomen.
5.
Koping keluarga tidak efektif
berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.
C.Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
|
Perencanaan
Keperawatan
|
||
Tujuan dan
criteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
Gangguan
eliminasi ALVI : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya
daya dorong.
|
Pasien tidak
mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi
abdomen.
|
1.
kaji pola BAB
2.
berikan enema/hukna bila terjadi
obsipasi
3.
Pantau pengaruh diet terhadap
pola defekasi
4.
Kolaborasi dengan tim gizi untuk
penetapan diet yang tepat
|
perubahan BAB
mengindefikasikan adanya kelain
Membantu
pengeluaran feses yang keras
Untuk mengetahui
diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.
Untuk memenuhi
kebutuhan diet yang tepat
|
Gangguan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
|
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara
parenteal atau per oral.
|
1.
Berikan nutrisi parenteral
sesuai kebutuhan.(20% BB ideal)
2.
Pantau pemasukan makanan selama
perawatan
3.
Pantau atau timbang berat badan.
4.
diet rendah serat
|
Memenuhi
kebutuhan nutrisi dan cairan
Mengetahui
keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
Untuk mengetahui
perubahan berat badan
Dapat menurunkan
resiko kostipasi
|
Kekurangan cairan
tubuh berhubungan muntah dan diare.
|
Kebutuhan cairan
tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit
normal.
|
1.
Monitor tanda-tanda dehidrasi.
2.
Monitor cairan yang masuk dan
keluar.
3.
Berikan caiaran sesuai kebutuhan
dan yang diprograrmkan
|
Mengetahui
kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
Untuk mengetahui
keseimbangan cairan tubuh
Mencegah
terjadinya dehidrasi
|
Gangguan rasa
nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
|
Kebutuhan rasa
nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami
gangguan pola tidur
|
1.
Kaji terhadap tanda nyeri
2.
Berikan tindakan kenyamanan :
menggendong, suara halus, ketenangan
3.
Berikan obat analgesik sesuai
program
|
Mengetahui
tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Upaya dengan
distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
Mengurangi
persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat
|
D.Evaluasi
§
Keadaan gizi anak( nutrisi bisa
diberikan perentral untuk mengurangi zat sisa yang mengganggu
pencernaan )
§
Penilaian infeksi (penilaian
infeksi harus dilakukan berkesinambungan untuk mengurangi faktor pemberat
penyakit )
§
Keadaan hemoglobin harus ada
keadaan normal
§
Kondisi anak sesuai dengan yang di
inginkan
§
Adaptasi anak sempurna
§
Memiliki rangsang tumbuh kembang
maksimal
Daftar Pustaka
Suzameec smeltzer,2002,Buku Ajar
Konsep Medikal bedah,vol 3,jakarta
Wong,Donna L,2003,pedoman klinis keperawatan
pediatrik cetakan I,EGC,jakarta.
FKUI,1997,Bagian Ilmu Kesehatan Anak,
I & II jakarta
Sacharin,Rosa M,1996,Prinsip
Keperawatan Pediatrik,edisi II,EGC,jakarta.
Muscari,E mary,2005,Panduan
Belajar Keperawatan Pediatrik, edisi III,EGC,jakarta
Mansjoer,
dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius, Jakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Betz
Cecily L, Linda A. Sawden.2002. keperawatan pediatri, edisis3. EGC.
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar