Selasa, 02 April 2013

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT HIRSHPRUNG



BAB I
Pendahuluan


  1. Latar belakang
Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dingding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion prarasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini lebih dikenal dengan istilah aganglionosis kongenital
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
Pada pemeriksaan patologi anatomi dari penyakit ini, tidak ditemukan sel ganglion. Auerbach dan meissner, serabut saraf menebal dan serabut otot hipertrofik. Aganglionosis ini mulai dari unus ke arah oral 
Hisprung berupa gangguan pasase feses spontan dimana feses belum keluar dalam 48 jam setelah lahir atau lebih. Setiap saat dapat terjadi diare pada hisprung akibat enterokolitis apabila disertai dengan CSBS(Contaminated Small Bowel Syndrome)
Hisprung adalah suatu obstruksi  mekanik akibat pergerakan yang tidak adekuat pada bagian usus

  1. Rumusan Masalah
    1. Apakah definisi hisprung?
    2. Bagaimana dengan Patofisiologi?
    3. Bagaimana dengan etiologinya?
    4. Bagaimana manefestasi klinis hisprung?
    5. Bagaimana komplikasinya ?
    6. Bagaimana tanda dan gejalanya hisprung?
    7. Bagaimana PNP dari hisprung?
    8. Bagaimana asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian uji laboratorium, diagnostic, penatalaksanaan medis, diagnostic keperawatan, ?
  1. Tujuan
1.      Tujuan Umum
Untuk memenuhi persaratan mata kuliah keparawatan anak
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan Definisi?
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan Etiologi?
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan Manifestasi klinis?
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan Komplikasi ?
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala ?
f.       Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan?
  
BAB II
Konsep Dasar



I.       Pengertian
Penyakit Hirschprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Dikenalkan pertama kali oleh Hirschprung tahun 1886. Zuelser dan Wilson
Zuelser dan Wilson (1948) mengemukakan bahwa pada dingding usus yang menyempit tidak ditemukan ganglion prarasimpatis. Sejak saat tersebut penyakit ini lebih dikenal dengan istilah aganglionosis kongenital

II.    Patofisiologi
“Congenital aganglionic megacolon” menjelaskan penyakitnya kerusakan yang utama adalah hilangnya ganglion parasimpatik saraf autoimun pada submukosa (merner`s). kerusakan mungkin disebabkan oleh ketidaksempurnaan perpindahan sel prekursor oleh ganglion para simpatik selama perkembangan embrio. Kerusaan fungsional sebagai bagian dari kurangnya inversi adalah hilangnya pergerakan propulsif (peristaltik). Disebakan penumpukan isi usus dan penekanan proximal sampai jauh. Oleh karena itu di istilahkan “megakolon” atau kolon besar dan lagi ada kerusakan spingter resctal interna sampai relax. Yang bisa menjadi menifestasi klinis yang menghalangi pengosongan akan solit, cairan dan gas.
Berdasarkan panjang segmen yang terkena dapat dibedakan menjadi 2 tipe yaitu.
  1. penyakit hisprung segmen pendek
segmen aganglionik mulai dari anus sampai sigmoid. Ini merupakan 70% dari kasus penyakit dan lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dari pada anak perempuan
  1. penyakit hisprung segmen panjang
kelainan dapat melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada laki-laki maupun perempuan
III. Etiologi
Penyakit ini disebabkan aganglionosis Meissner dan Aurbach dalam lapisan dinding usus, mulai dari spingter ani internus ke arah proksimal, 70 % terbatas di daerah rektosigmoid, 10 % sampai seluruh kolon dan sekitarnya 5 % dapat mengenai seluruh usus sampai pilorus.
III. Manivestasi Klinis
Masa neonatal
  1. Gagal dalam mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
  2. Muntah berisi empedu
  3. Enggan minum
  4. Distensi abdomen
Masa bayi dan kanak-kanak
  1. Konstipasi
  2. Diare berulang
  3. Tinja seperti pita berbau busuk
  4. Distensi abdomen
  5. Gagal tumbuh

IV. Komplikasi.
Enterokolitis nekrotikans, pneumatosis usus, abses perikolon, perforasi dan septikemia.

V.    Uji Laboraturium Dan Dianostik
  1. Foto abdomen (telentang tegak telungkup dekubitus lateral)diagnostik
  2. Biopsi rektal untuk mendiagnostik ada tidaknya sel ganglion
  3. Manometri anorektal untuk mencatat respons refluks sfingter internal dan eksternal


IV.Penatalaksanaan.
1.      Konservatif. Pada neonatus dilakukan pemasangan sonde lambung serta pipa rektal untuk mengeluarkan mekonium dan udara.
2.      Tindakan bedah sementara. Kolostomi pada neonatus, terlambat diagnosis, eneterokolitis berat dan keadaan umum buruk.
3.      Tindakan bedah defenitif. Mereseksi bagian usus yang aganglionosis dan membuat anastomosis.


BAB III
Asuhan Keperawatan

A.   Pengkajian.
  1. Identitas.
Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal. Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmen aganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.  Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usus halus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997).
  1. Riwayat Keperawatan.
a.       Keluhan utama.
Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalah mekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntah berwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengan diare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi.
  1. Pemeriksaan fisik.
a.       Sistem pernapasan.
Sesak napas, distres pernapasan.
b.      Sistem pencernaan.
Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebih besar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
c.       Sistem lokomotor/muskuloskeletal.
Gangguan rasa nyaman.
d.      Sistem integumen.
Akral hangat.
B.     Diagnosa Keperawatan
1.      Gangguan eliminasi BAB : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.
2.      Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.
3.      Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.
4.      Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.
5.      Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan keadaan status kesehatan anak.

C.Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan eliminasi ALVI : obstipasi berhubungan dengan spastis usus dan tidak adanya daya dorong.

Pasien tidak mengalami ganggguan eliminasi dengan kriteria defekasi normal, tidak distensi abdomen.
1.     kaji pola BAB



2.     berikan enema/hukna bila terjadi obsipasi

3.     Pantau pengaruh diet terhadap pola defekasi

4.     Kolaborasi dengan tim gizi untuk penetapan diet yang tepat

perubahan BAB mengindefikasikan adanya kelain

Membantu pengeluaran feses yang keras


Untuk mengetahui diet yang mempengaruhi pola defekasi terganggu.

Untuk memenuhi kebutuhan diet yang tepat
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang inadekuat.

Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria dapat mentoleransi diet sesuai kebutuhan secara parenteal atau per oral.
1.     Berikan nutrisi parenteral sesuai kebutuhan.(20% BB ideal)
2.     Pantau pemasukan makanan selama perawatan
3.     Pantau atau timbang berat badan.
4.     diet rendah serat
Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan


Mengetahui keseimbangan nutrisi sesuai kebutuhan 1300-3400 kalori
Untuk mengetahui perubahan berat badan

Dapat menurunkan resiko kostipasi
Kekurangan cairan tubuh berhubungan muntah dan diare.

Kebutuhan cairan tubuh terpenuhi dengan kriteria tidak mengalami dehidrasi, turgor kulit normal.
1.    Monitor tanda-tanda dehidrasi.

2.    Monitor cairan yang masuk dan keluar.
3.    Berikan caiaran sesuai kebutuhan dan yang diprograrmkan

Mengetahui kondisi dan menentukan langkah selanjutnya
Untuk mengetahui keseimbangan cairan tubuh
Mencegah terjadinya dehidrasi




Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan adanya distensi abdomen.

Kebutuhan rasa nyaman terpenuhi dengan kriteria tenang, tidak menangis, tidak mengalami gangguan pola tidur
1.         Kaji terhadap tanda nyeri

2.         Berikan tindakan kenyamanan : menggendong, suara halus, ketenangan
3.         Berikan obat analgesik sesuai program
Mengetahui tingkat nyeri dan menentukan langkah selanjutnya
Upaya dengan distraksi dapat mengurangi rasa nyeri
Mengurangi persepsi terhadap nyeri yamg kerjanya pada sistem saraf pusat



D.Evaluasi
§  Keadaan gizi anak( nutrisi bisa diberikan perentral untuk mengurangi zat sisa yang mengganggu pencernaan )
§  Penilaian infeksi (penilaian infeksi harus dilakukan berkesinambungan untuk mengurangi faktor pemberat penyakit )
§  Keadaan hemoglobin harus ada keadaan normal
§  Kondisi anak sesuai dengan yang di inginkan
§  Adaptasi anak sempurna
§  Memiliki rangsang tumbuh kembang maksimal


Daftar Pustaka

Suzameec smeltzer,2002,Buku Ajar Konsep Medikal bedah,vol 3,jakarta
Wong,Donna L,2003,pedoman klinis keperawatan pediatrik cetakan I,EGC,jakarta.
FKUI,1997,Bagian Ilmu Kesehatan Anak, I & II jakarta
Sacharin,Rosa M,1996,Prinsip Keperawatan Pediatrik,edisi II,EGC,jakarta.
Muscari,E mary,2005,Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik, edisi III,EGC,jakarta
Mansjoer, dkk. 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed.3, Media Aesculapius,   Jakarta.      Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Betz Cecily L, Linda A. Sawden.2002. keperawatan pediatri, edisis3. EGC. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by : kendhin x-template.blogspot.com